Kamis, 05 Juni 2008

"Jalan Tol" dari Operator Telekomunikasi


MENJELAJAH internet ke depan benar-benar akan semakin hidup, konten video akan semakin menjadi daya tarik yang tidak ada habisnya. Namun, semua itu bisa berjalan apabila bandwidth atau lebar pita frekuensi yang dibutuhkan untuk melewatkan konten video ke terminal pengguna bisa terpenuhi.

Perangkat terminal, mulai ponsel sampai komputer PC yang canggih sekalipun, tidak akan berdaya ketika koneksi ke jaringan internet terhambat. Penyumbatan ini bisa bersifat relatif, karena bandwidth atau saluran yang tersedia kecil, atau berkas yang diakses besar yang membuat bandwidth normal pun menjadi cukup sulit untuk dilewati.

Sementara kecenderungannya aplikasi yang kompleks akan semakin besar ukuran byte-nya. Misalnya, sekarang yang menjadi tren bagi internet adalah aplikasi video, apakah itu video streaming atau broadcasting seperti televisi internet, IPTV, mobile TV, sampai untuk kebutuhan hiburan seperti tayangan video on demand atau video berbayar berkualitas tinggi HDTV.

Seperti pada situs berita Kompas.com, sebuah halaman web versi baru dari KCM yang baru diluncurkan kemarin malam sekaligus sudah menyertakan dua konten video. Selain Kompas TV, juga masih ada Seleb TV (seputar selebriti) dan Videoku yang merupakan cikal bakal televisi internet berupa konten video internet lokal dari negeri ini.

Keseriusan Kelompok Kompas-Gramedia mengurus situs online-nya juga mulai memperlihatkan hasil. Perusahaan itu mendapat Penghargaan Cakram (Cakram Award) dalam kategori perusahaan portal pengelola berita dan Selasa lalu kembali meraih penghargaan New Wave Marketing Award dari perusahaan konsultan pemasaran MarkPlus Inc yang menilai Kompas.com membangun relasi partisipatif dan kolaboratif dengan penggunanya.

Bisa diperkirakan dalam waktu yang tidak lama lagi kisah sukses seperti ini akan diikuti banyak situs lain, apalagi tidak perlu repot mengurus alokasi frekuensi seperti siaran TV swasta. Sebuah model baru yang sebenarnya bisa mengisi kelemahan yang ada pada sistem penyiaran TV konvensional. Lalu yang menjadi pertanyaan mampukah jaringan telekomunikasi (telko) di Indonesia memenuhi kebutuhan pengakses video?

Jaringan baru

Kondisi saat ini, baik operator telko maupun penyedia layanan internet, sedang (sebagian di antaranya sudah terbentuk) membangun jaringan internasional melalui kabel optik dasar laut. Bisa jadi tahun 2008 dan 2009 merupakan tahun penting bagi perubahan infrastruktur jaringan informatika di Indonesia.

Jaringan serat optik sekarang sudah menjadi tumpuan bagi infrastruktur utama yang berada di belakang kelancaran arus informasi di negeri ini. Sementara di jaringan paling depan para operator telko juga sudah mengembangkan koneksi pita lebar (broadband) HSDPA (high-speed downlink packet access) atau teknologi akses nirkabel generasi 3.5G.

"Yang membuat rakus bandwidth sekarang ini adalah internet, terutama aplikasi video. Jika dahulu satu saluran komunikasi suara hanya memerlukan bandwidth 64 kilobit per detik (kbps), maka untuk tayangan gambar bergerak di internet setelah dikompres sedemikian rupa paling sedikit membutuhkan 2 megabit per detik (Mbps) atau 2.000 kbps. Tentu untuk kualitas yang lebih bagus akan lebih tinggi, bisa sampai 8 Mbps," kata Prastowo M Wibowo, Group Head FTM Network Planning & Engineering Indosat, dalam percakapan dengan Kompas, Senin (26/5) lalu.

Pada generasi awal HSDPA yang bisa menarik berkas idealnya bisa sampai 3,6 Mbps dan uplink hingga 384 kbps. Bahkan untuk kondisi seperti di negeri ini sudah tergelar jaringan HSPA (evolusi HSDPA) yang men-download hingga 14,4 Mbps dan mengirim (uplink) sampai 1,4 Mbps. Sedangkan vendor TI memperkenalkan apa yang disebut dengan WiMAX, cikal bakal teknologi akses nirkabel generasi keempat (4G).

Layanan HSDPA atau 3.5G Indosat sekarang telah menjangkau 25 kota, antara lain Jakarta, Depok, Cikampek, Cikarang, Cilegon, Tangerang, Bekasi, Bogor, Surabaya, Bandung, Semarang, Jepara, Kudus, Salatiga, Cepu, Magelang, Cilacap, Yogyakarta, Denpasar, Batam, Medan, Aceh, Balikpapan, Makassar, dan Samarinda. Pada akhir kuartal III-2008 akan bertambah 8 kota lagi, dengan pertumbuhan pelanggan yang cukup signifikan di kota-kota tersebut. Untuk HSPA sekarang masih terkonsentrasi di Jabodetabek dan Surabaya.

”Ke depan teknologi mobile ini akan lebih menarik lagi, tidak berhenti sampai di sini saja,” kata Iman Hirawadi, Senior Manager Technical Business Development Wireless Networks PT Alcatel-Lucent Indonesia dalam kesempatan berbeda pekan lalu. Kecepatan yang semakin dan terjadinya konvergensi dalam komunikasi IP memunculkan aplikasi-aplikasi baru yang tidak terbayangkan sebelumnya.

Iman memperlihatkan sudah lebih dari 220 operator di dunia ini yang memberikan layanan video mobile, 110 di antaranya siaran langsung. Layanan broadcast seperti di Korea (TU Media), Italia (Tre), Jepang, termasuk aktivitas di kawasan regional seperti Malaysia (MiTV dan Maxis), Singapura (M1 dan Mediacorp), Filipina (Smart dan Globe), dan bahkan Vietnam (VTC).

Dari pengamatan Kompas, konvergensi terutama berawal dari jaringan, operator telko mulai menyempurnakan jaringan berbasis IP. Hal ini akan mendorong konten yang biasa dijalankan di internet melalui PC atau notebook bisa juga diakses melalui ponsel yang kecil. Sebut saja yang atraktif mendatang adalah IPTV dan mobile TV. Ini akan menjadi cara baru bagi penikmat TV masa depan dan sekarang yang sedang bergulir adalah e-mail. E-mail Yahoo.com sudah bisa diakses menggunakan ponsel atau mengakses situs web yang berat dari ponsel melalui mesin pencari Google.

Terbuka peluang-peluang baru, sebuah perusahaan pengembang pesan bergerak. Funambol menyebutkan, saat ini sudah lebih dari dua miliar e-mail account di seluruh dunia ini, tetapi masih kurang dari 2 persen yang memanfaatkan akses e-mail melalui ponsel. Tidak heran jika seperti Yahoo sangat berkepentingan sekali mengakses kotak surat di situs Yahoo bisa dilakukan melalui PC atau notebook dan ponsel yang dilengkapi kapasitas browsing internet dengan cara sama, hanya tampilan yang berbeda.

Kemungkinan dengan membaca arah perkembangan teknologi ini, Indosat mengambil keputusan membangun bandwidth, baik lokal maupun internasional, baru yang mampu mendukung kecepatan broadband dengan menggelar jaringan serat optik baru bernama Jakabare. Selain melengkapi kapasitas jaringan di dalam negeri, juga bisa bersaing dengan dua operator telko besar lain seperti PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) dan PT Excelcomindo Pratama (XL).

Jaringan baru

Rancangan awalnya memang meletakkan hubungan internasionalnya di Singapura dan pada saat beroperasi Juni tahun depan kapasitas bandwidth internasional Indosat tidak kurang dari 160 gigabit per detik (Gbps). Bahkan dengan kabel optis yang sama kapasitas bisa ditingkatkan menjadi 1,28 terabit per detik (Tbps) atau 1.280 Gbps.

Kondisi ini diharapkan bisa mempertahankan reputasi Indosat sebagai operator dengan jaringan optik kabel laut terbesar, sekalipun kapasitasnya sekarang masih sekitar 12 Mbps.

Sekitar separuh kapasitas digunakan sendiri dan sisanya disewakan kepada pihak lain, termasuk operator yang membutuhkan.

Pada awalnya jaringan Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Indosat sekitar tahun 1980 masih berupa kabel tembaga koaksial dengan kapasitas 460 saluran untuk mendukung sistem SLI atau sekitar 460 x 64 kbps. Baru sekitar awal tahun 1990 menggunakan SKKL serat optik, baik menuju utara dan timur ke Jepang atau China untuk menuju Amerika Serikat, ke barat melalui Selat Malaka ke Eropa melalui India. Kemudian ke selatan dari Jakarta melalui Selat Sunda ke Australia.

Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) Jakabare (Jawa-Kalimantan-Batam-Singapura) sepanjang 1.330 kilometer akan menghubungkan Indonesia dengan Singapura. Jakabare diharapkan selesai pada semester I-2009 dengan kapasitas 160 hingga 640 Gbps untuk mengantisipasi pertumbuhan pasar layanan komunikasi data dan internet di Indonesia.

Proyek ini dikerjakan bersama vendor jaringan NEC Corporation, akan memiliki empat lokasi pendaratan di setiap pulau, antara lain Tanjung Pakis (Krawang, Jawa Barat), Sungai Kakap (Pontianak, Kalimantan Barat), Tanjung Bemban (Batam), dan Changi (Singapura).

"Selanjutnya dari Singapura kita bisa memilih jaringan internasional apa saja, dengan persaingan yang semakin ketat seperti sekarang kami perhitungkan akan bisa mendapatkan harga yang lebih murah," kata Prastowo yang diampingi asistennya, Masyudin.

Strategi Indosat ini berbeda dengan kompetitornya. Dengan cara ini Indosat bisa lebih memfokuskan pembangunan jaringan di dalam negeri. Dalam hal ini belum memperhitungkan kapasitas jaringan Palapa Ring timur yang dikerjakan bersama-sama dengan operator besar lain, seperti Telkom dan XL.

Sementara Telkom melalui konsorsium kabel laut AAG (Asia-America Gateway) akan meningkatkan kapasitas bandwidth internasionalnya menjadi 40 Gbps atau 15 kali lipat dari yang ada sekarang. Koneksi internasional ini menghubungkan Indonesia langsung ke Amerika Serikat melalui Malaysia, Hongkong, dan Guam.

Sedangkan XL juga sudah membangun jaringan dari Batam ke Rengit-Johor, Malaysia, melalui proyek bernama Batam Rengit Cable System (BRCS) sepanjang 63 kilometer. Di Malaysia akan bergabung dengan jaringan induknya, Telecom Malaysia, yang merupakan pemimpin konsorsium AAG. Kapasitas 48 core, yang setiap satu pasang kabel masing-masing dengan 2 core) memiliki kapasitas awal 10 Gbps. Dengan teknologi terbaru DWDM, satu pair kabel dapat di-upgrade hingga terabit per detik.

Saat ini XL sudah memiliki koneksi internasional melalui radio link ke Batam-Singapura 2 STM-1 (setara dengan 2 x 64 Mbps) dan Batam-Johor 4 STM-1 (setara 4 x 64 Mbps).

Sumber: Kompas

Tidak ada komentar: